Sabtu, 17 September 2016

KISAH SEJARAH SILAHI SABUNGAN

KISAH SEJARAH SILAHI SABUNGAN

Sabungan cukup lama tinggal bersama dengan adiknya OLOAN di siogung-ogung di kabupaten samosir tepatnya di pangururan, setelah adiknya sudah tumbuh dewasa dan sudah bisa hidup sendiri, sabungan pergi berkelana sampai akhirnya dia tiba di suatu tempat yang sangat nyaman, sejuk, dan indah yaitu di paropo tepat di pinggir danau toba yang sampai saat masih mempunyai nama sendiri yaitu Tao silalahi. Karena sangat tertarik dengan keindahan tempat tersebut lalu dia mendirikan tempat pemukiman. Atas ketekunanan dan keuletanya bekerja menarik perhatian seorang pengembara yang ketepatan lewat dan menghampirinya dan memperkenalkan diri kepada dia. Pada awalnya mereka sulit dalam berkomunikasi karena kedua bahasa mereka sedikit berbeda.tetapi karena mereka sering bertemu akhirnya dapat saling mengerti dan pembicaran mereka pun berjalan lancar.
Si pengembara tadi merasa prihatin melihat sabungan karena masih hidup dalam kesendirian, si pengembara pun dengan rasa malu-malu menawarkan kepada sabungan untuk menjalin sebuah hubungan kekeluargaan dan dia bercerita tentang iboto nya (saudara perempuan) yang berjumlah 7 orang, kalau engkau bersedia, engkau tinggal memilih kata sipengembara.Sabungan tenyata sangat tertarik atas tawaran itu.sabungan akhirnya ikut sipengembara untuk melihat gadis-gadis tersebut. Sesampainya dikampung sipengembara, sabungan sangat tertegun dengan kecantikan ke 7 gadis tersebut.
Karena semuanya sama-sama cantikanya sulit baginya untuk memilih satu diantara ke tujuh gadis tersebut.akhirnya dia mempunyai ide atau akal. Dia meminta ketujuh gadis-gadis itu untuk menyeberangi suatu sungai kecil satu per satu. Akhirnya dia memilih seorang gadis diantara mereka, yaitu gadis yang menyeberang sungai tanpa mengangkat kain penutup tubuh gadis tersebut, Gadis itu lah yang dipilih menjadi isterinya. Pilihanya ternyata cukup tepat karena dari pernikahanya sabungan memperoleh banyak anak, dengan kelahiran anak-anaknya, anggapan semua orang yang selama ini meragukan kelaki-lakian sabungan tidaklah tepat. Munculnya keraguan ini karena sabungan tidak menikah dalam tempo yang cukup lama. Setelah menikah dan mempunya anak banyak sabungan adalah benar-benar lalahi (lelaki), sesuai dengan kebiasaan orang batak nama pengganti lebih popular dibandingkan dengan nama aslinya. Sejak saat itu nama lengkapnya berubah menjadi silalahi sabungan atau silahi sabungan.

Raja Silahisabungan mempunyai 2(dua) isteri.
Isteri pertama adalah Pinggan Matio boru Padang Batanghari dan bermukim di Silalahi Nabolak dan isteri kedua adalah Nailing boru Mangarerak.


Dari boru Pinggan Matio, Raja Silahisabungan memiliki tujuh (7) putra dan satu (1) putri. Sedangkan dari boru Nailing, Silahisabungan memiliki seorang putra. Kedelapan putra Raja Silahisabungan dan seorang putri tersebut secara singkat dapat dijelaskan seperti dibawah ini.

Dari isteri pertama lahir sbb:
1. Haloho (Loho Raja)
terdiri dari:      1. Sinaborno
2. Sinapuran
3. Sinapitu
4. Masopang
2. Tungkir (Tungkir Raja)
terdiri dari       1. SIBAGASAN
2. SIPAKPAHAN
            3. SIPANGKAR
3. Rumasondi (Sondi Raja)
terdiri dari       1. RUMASINGAP
2. RUMABOLON
4. Dabutar (Butar Raja)
terdiri dari :     1. Rumabolon
2. Ambuyak
3. Rumatungkup
5. Dabariba (Bariba Raja)
terdiri dari:      1. Lumban Tonga
2. Lumban Dolok
3. Lumban Toruan
6. Debang (Debang Raja)
terdiri dari:      1. Parsidung
2. Siari
3. Sitao
7. Pintubatu (Batu Raja)
terdiri dari:      1. Hutabalian
2. Lumbanpea
3. Sigiro
8. Siboru Deang Namora.(putri)

Dari isteri kedua lahir satu putra yaitu:
1. Tambun(Tambun Raja)
terdiri dari:      1. Tambun Mulia
2. Tambun Saribu
3. Tambun Marbun
1. Haloho (Loho Raja) menikah dengan boru tulangnya Rumbani boru Padang Batanghari dan bermukim di Silalahi nabolak.Keturunannya sebagian pindah ke Paropo, Tolping, Pangururan, Parbaba. Haloho memiliki 3 putra yaitu : Sinaborno, Sinapuran, dan Sinapitu. Pada umumnya keturunannya memakai marga Sihaloho, dan hingga dewasa ini belum ada cabang marga ini.
2. Tungkir (Tungkir Raja) menikah dengan Pinggan Haomasan boru Situmorang dan bermukim juga di Silalahi Nabolak. Pasangan ini juga memiliki 3 putra yaitu : Sibagasan, Sipakpahan dan Sipangkar. Keturunannya pada umumnya memakai marga Situngkir terutama Sibagasan dan Sipakpahan, sedangkan keturunan Sipangkar sebagian besar telah memakai Sipangkar sebagai marga.
3. Rumasondi (Sondi Raja) menikah dengan Nagok boru Purba Siboro. Pasangan ini juga bermukim di Silalahi Nabolak. Keturunannya yaitu Rumasingap membuka perkampungan di Paropo.Rumasondi memiliki putra sbb : Rumasondi, Rumasingap, dan Rumabolon. Umumnya keturunannya memakai marga Rumasondi dan sebagaian memakai marga Silalahi (di Balige) dan bahkan Rumasingap juga dipakai sebagai cabang marga. Demikian juga Doloksaribu, Nadapdap, Naiborhu, Sinurat, telah digunakan sebagai cabang marga dan masuk rumpun marga Rumasondi.
4. Dabutar (Butar Raja) menikah dengan Lagumora Sagala. Mereka juga tinggal di Silalahi Nabolak. Dabutar ini mempunyai tiga putra yaitu : Rumabolon, Ambuyak, dan Rumatungkup. Umumnya keturunannya memakai marga Sinabutar atau Sinamutar bahkan Sidabutar.
5. Dabariba Raja (Baba Raja) menikah dengan Sahat Uli boru Sagala. Mereka bermukim di Silalahi Nabolak. Keturunannya memakai marga Sidabariba atau Sinabariba. Putrranya berjumlah tiga yaitu : Sidabariba Lumbantonga, Sidabariba Lumbandolok, Sidabariba Toruan. Mereka ini pada umumnya memakai marga Sidabariba.
6. Debang (Debang Raja) menikah dengan Panamenan boru Sagala, juga bermukim di Silalahi Nabolak. Keturunannya sebagaian menyebar ke Paropo. Debang Raja mempunyai 3 putra : Parsidung, Siari dan Sitao. Umumnya keturunannya memakai marga Sidebang atau Sinabang.
7. Pintu Batu (Batu Raja) menikah dengan Bunga Pandan boru Sinaga, juga tinggal di Silalahi Nabolak. Memiliki 3 putra yaitu : Hutabalian, Lumbanpea, Sigiro. Keturunannya menggunakan marga Pintu Batu, tetapi keturunan Sigiro sebagian memakai marga Sigiro.
8. Tambun (Tambun Raja) adalah putra Raja Silahisabungan dari si boru Milingiling. Ketika masih remaja, Tambun meninggalkan Silalahi Nabolak menemui ibu kandungnya di Sibisa Uluan. Tambun menikah dengan Pinta Omas boru Manurung dan bermukim di Sibisa. Dari Sibisa keturunannya berserak ke Huta Silombu, Huta Tambunan dan Sigotom Pangaribuan. Putra raja Tambun berjumlah tiga orang yaitu : Tambun Mulia, Tambun Saribu, Tambun Marbun. Umumnya keturunannya memakai marga Tambun dan Tambunan, bahkan di antaranya memakai marga Baruara, Pagaraji, Ujung Sunge.

Di samping marga-marga yang disebut di atas, anak-anak Raja Silahisabungan dari isteri pertama memakai marga Silalahi. Sedangkan keturunan Tambun tetap menggunakan marga Tambun (oleh keturunan Tambun Uluan) atau Tambunan (oleh keturunan Tambun Koling).
Kekerabatan berdasarkan Padan : 1. Tampubolon dan Silalahi 2. Sitompul dan Tampubolon, dengan demikian Silalahi juga berpadan dengan Sitompul





Jumat, 09 September 2016

Gorga batak toba dan Bahan cat pewarna gorga batak toba pada zaman dahulu.

GORGA BATAK TOBA

.Gorga batak toba adalah seni ukir atau pahat yang terdapat pada bagian luar rumah adat batak toba dan alat kesinian seperti gendang, serunai, kecapi dan sebagianya. Bahan-bahan untuk gorga ini biasanya menggunakan kayu lunak yang muda di pahat.Biasanya kayu yang digunakan adalah kayu ungil atau biasa juga disebut kayu ingul.kayu ini tahan terhadap sinar matahari dan begitu juga terhadap terpaan air hujan yang tidak membuat kayu tersebut mudah rusak atau lapuk.kayu ungil juga dipakai untuk pembuatan kapal atau perahu.Ukiran atau pahatan biasanya menggunakan atau  tidak lepas dari 3 warna yaitu : MERAH, PUTIH dan HITAM karena dari warna tersebut mempunyai arti  tersendiri bagi orang batak..artinya sebagai berikut:
* MERAH ialah melambangkan kecerdasan dan wawasan yang luas sehingga lahir kebijaksanaan.
* PUTIH ialah melambangkan kejujuran yang tulus sehingga lahir kesucian.
* HITAM ialah melambangkan kewibawaan yang melahirkan kepemimpinan.
Menurut cerita atau sejarah dari nenek moyang batak toba bahan-bahan cat untuk pewarna pada zaman dahulu dibuat secara alami. bahan-bahan tersebut sebagai berikut: 


*          Cat Warna Merah diambil dari batu hula, sejenis batu alam yang berwarna merah yang tidak dapat ditemukan disemua daerah. Cara untuk mencarinya pun mempunyai keahlian khusus. Batu inilah ditumbuk menjadi halus seperti tepung dan dicampur dengan sedikit air, lalu dioleskan ke ukiran tersebut.
*     Cat Warna Putih diambil dari tanah yang berwarna Putih, tanah yang halus dan lunak dalam bahasa Batak disebut Tano Buro. Tano Buro ini digiling sampai halus serta dicampur dengan sedikit air, sehingga tampak seperti cat tembok pada masa kini.

*     Cat Warna Hitam dibuat dari sejenis tumbuh-tumbuhan yang ditumbuk sampai halus serta dicampur dengan abu periuk atau kuali. Abu itu dikikis dari periuk (hudon) atau kuali (balanga) dan dimasukkan ke daun-daunan yang ditumbuk tadi, kemudian digongseng terus menerus sampai menghasilkan seperti cat tembok hitam pada zaman sekarang.

Setiap gambar gorga batak toba mempunyai bentuk dan nama tersendiri yaitu:
1. Gorga Ipon-ipon 

terdapat dibagian tepi dari Gorga ipon-ipon dalam Bahasa Indonesia adalah Gigi. Manusia tanpa gigi sangat kurang menarik, begitulah ukiran Batak, tanpa adanya ipon-ipon sangat kurang keindahan dan keharmonisannya. Ipon-ipon ada beraneka ragam, tergantung dari kemampuan para pengukir untuk menciptakannya. Biasanya Gorga ipon-ipon ini lebarnya antara dua sampai tiga sentimeter dipinggir papan dengan kata lain sebagai hiasan tepi yang cukup menarik.

2. Gorga sitompi 


Sitompi berasal dari kata tompi, salah satu perkakas Petani yang disangkutkan dileher kerbau pada waktu membajak sawah. Gorga Sitompi termasuk jenis yang indah di dalam kumpulan Gorga Batak. Disamping keindahannya, kemungkinan sipemilik rumah sengaja memesannya kepada tukang Uhir (Pande) mengingat akan jasa alat tersebut (Tompi) itu kepada kerbau dan kepada manusia.

3. Gorga simataniari 


Gorga yang menggambarkan matahari, terdapat disudut kiri dan kanan rumah. Gorga ini diperbuat tukang ukir (Pande) mengingat jasa matahari yang menerangi dunia ini, karena matahari juga termasuk sumber segala kehidupan, tanpa matahari takkan ada yang dapat hidup.

4.Gorga si Marogungogung


Pada zaman dahulu Ogung (gong) merupakan suatu benda yang sangat berharga. Ogung tidak ada dibuat di dalam negeri, kabarnya Ogung didatangkan dari India. Sedangkan pemakaiannya sangat diperlukan pada pesta-pesta adat dan bahkan kepada pemakaian pada upacara-upacara ritual, seperti untuk mengadakan Gondang Malim (Upacara kesucian). Dengan memiliki seperangkat Ogung pertanda bahwa keluarga tersebut merupakan keluarga terpandang. Sebagai kenangan akan kebesaran dan nilai Ogung itu sebagai gambaran/ keadaan pemilik rumah maka dibuatlah Gorga Marogung-ogung.

5. Gorga desa naualu 


 Gorga ini menggambarkan arah mata angin yang ditambah hiasan-hiasannya. Orang Batak dahulu sudah mengetahui/kenal dengan mata angin. Mata angin ini pun sudah mempunyai kaitan-kaitan erat dengan aktivitas-aktivitas ritual ataupun digunakan di dalam pembuatan horoscope seseorang/sekeluarga. Sebagai pencerminan perasaan akan pentingnya mata angin pada suku Batak maka diperbuatlah dan diwujudkan dalam bentuk Gorga.

6. Gorga singa-singa

Dengan mendengar ataupun membaca perkataan Singa maka akan terlintas dalam hati dan pikiran kita akan perkataan: Raja Hutan, kuat, jago, kokoh, mampu, berwibawa. Tidak semua orang dapat mendirikan rumah Gorga disebabkan oleh berbagai faktor termasuk factor social ekonomi dan lain-lain. Orang yang mampu mendirikan rumah Gorga Batak jelaslah orang yang mampu dan berwibawa di kampungnya. Itulah sebabnya Gorga Singa dicantumkan di dalam kumpulan Gorga Batak.

7.Gorga Boras pati dan adop-adop (Cicak dan Buah Dada)


Boras Pati sejenis mahluk yang menyerupai kadal atau cicak. Boras Pati jarang kelihatan atau menampakkan diri, biasanya kalau Boras Pati sering nampak, itu menandakan tanam-tanaman menjadi subur dan panen berhasil baik yang menuju kekayaan (hamoraon). Gorga Boras Pati dikombinasikan dengan tetek (susu, tarus). Bagi orang Batak pandangan terhadap susu (tetek) mempunyai arti khusus dimana tetek yang besar dan deras airnya pertanda anaknya sehat dan banyak atau punya keturunan banyak (gabe). Jadi kombinasi Boras Pati susu (tetek) adalah perlambang Hagabeon, Hamoraon sebagai idaman orang Batak.

8.Gorga jorgom



Ada juga orang menyebutnya Gorga Jorgom atau ada pula menyebutnya Gorga Ulu Singa. Biasa ditempatkan di atas pintu masuk ke rumah, bentuknya mirip binatang dan manusia.

9.Gorga Ulu Paung


Ulu Paung terdapat di puncak rumah Gorga Batak. Tanpa Ulu Paung rumah Gorga Batak menjadi kurang gagah. Pada zaman dahulu Ulu Paung dibekali (isi) dengan kekuatan metafisik bersifat gaib. Disamping sebagai memperindah rumah, Ulu Paung juga berfungsi untuk melawan begu ladang (setan) yang datang dari luar kampung. Zaman dahulu orang Batak sering mendapat serangan kekuatan hitam dari luar rumah untuk membuat perselisihan di dalam rumah (keluarga) sehingga tidak akur antara suami dan isteri. Atau membuat penghuni rumah susah tidur atau rasa takut juga sakit fisik dan berbagai macam ketidak harmonisan.
Masih banyak lagi gambar-gambar yang terdapat pada dinding atau bahagian depan dari rumah Batak yang sangat erat hubungannya dengan sejarah kepribadian si pemilik rumah. Seperti gambar lembu jantan, pohon cemara, orang sedang menunggang kuda, orang sedang mengikat kerbau. Gambar Manukmanuk (burung) dan hiasan burung Patia Raja perlambang ilmu pengetahuan dan lain-lain.




Sabtu, 03 September 2016

boru batak wajib tau masakan ikan arsik dan filososinya.

arsik adalah menu masakan khas suku batak, baik yang tinggal di kampung halaman maupun yang sudah menetap di perantauan. masakan arsik ini juga sering di jumpai di pesta2 adat batak..
seiring berkembang nya jaman banyak sekarang ini boru batak tidak tau memasak ikan arsik.. umumnya masakan arsik ini menggunakan ikan mas... kenapa ikan mas? karena ikan mas tinggal di air yang jernih dan berenang maju dalam satu kelompok tanpa saling  bertabrakan..
FILOSOSOFINYA ialah mereka yang memakan ikan arsik ini akan hidup dalam dalam harmoni kehulu dan ke hilir, rukun samapai akhir hidup nya.
Meskipun enak, dalam adat Batak tidak semua orang boleh disuguhi arsik. Kepada Tulang (paman dari pihak ibu), kita tidak boleh menghidangkan masakan ini karena ada masakan lain yang lebih pantas/ cocok. Penjelasan lebih mendalam mengenai hal ini memerlukan pemahaman akan budaya Batak (bisa didiskusikan di lain kesempatan).

Citarasa arsik ini asin, asam/ kecut, bisa juga pedas (bergantung ada tidaknya tambahan cabe). Rasa yang khas disumbangkan oleh bumbu khas Sumatera yaitu andaliman dan bunga rias (kerap juga disebut kecombrang). Resep yang aku bagi kali ini bersumber dari olah tangan mertuaku yang menurut banyak orang lezat sekali. Cara yang digunakan mertua adalah mendidihkan air berikut bumbu halus, baru ikan dimasukkan. Ada cara lain yaitu dengan melumurkan bumbu ke badan dan rongga ikan, memasukkan ikan ke dalam air yang masih dingin lalu dididihkan sampai matang. Karena hampir setiap rumah menghidangkan makanan ini, tidak ada standar yang benar-benar baku mengenai resep arsik yang 'benar'.

Untuk yang ingin mencoba, berikut resepnya.

Bahan:
1,5 kg Ikan mas, pilih yang masih segar, buang isi perutnya tetapi biarkan sisiknya (tidak perlu disiangi)
10-15 batang Kacang panjang, pilih yang masih muda, ditandai dengan badan dan biji yang masih kecil. Potong2 menjadi 4 bagian
3 buah Bunga rias, disebut juga kecombrang, belah bunganya menjadi empat & iris2 kecil batangnya
5 lembar Asam galugur, biarkan utuh, tidak dipotong-potong
10 irisan tipis Tempe yang enak dan tidak kecut (optional)
10 batang Bawang daun, disebut juga lokio atau bawang batak, biarkan utuh (optional)

Bumbu:

10 siung Bawang putih, rajang lalu ulek hingga lembut
8 siung Bawang merah, rajang lalu ulek hingga halus
2 buah Tomat merah yang besar, parut hingga halus
100 gram Lengkuas muda, (a) ambil 1/3-nya untuk dirajang dan dihaluskan, (b) sisanya sebanyak 2/3 diiris kecil-kecil untuk dijadikan alas ikan di kuali
50 gram Jahe muda, kira2 setara dengan 2 empu ibu jari atau sepanjang 2 x 8cm, dirajang lalu digiling halus
100-150 gram Kunyit tua, yang sudah berwarna jingga (biasanya jika dipegang meninggalkan noda yang sulit sekali dihilangkan), dirajang lalu digiling halus
6 buah Cabe merah besar yang masih segar, dirajang lalu digiling (biji tidak perlu dihilangkan jika ulekan cukup halus)
3 batang Sereh yang tua dan besar, potong pangkalnya kira2 10 cm, dirajang lalu digiling halus, sisa batangnya yang berwarna hijau dipotong sepanjang 5-8 cm untuk dijadikan alas ikan di kuali
1 sdm Andaliman (tidak termasuk batang2 kecilnya)
1 buah Jeruk nipis, peras dan ambil airnya saja
3-4 lembar Daun salam
2 sdm Garam (atau sesuai selera)
Air matang dengan jumlah yang cukup untuk merendam ikan di dalam kuali


Cara membuat:

1) Tata lengkuas potongan, sereh utuh dan sebagian asam galugur di dasar kuali.

2) Giling semua bumbu hingga halus benar, masukkan ke dalam kuali. Supaya menguleknya tidak licin, ulek masing-masing bahan secara terpisah. Anda bisa menggunakan blender namun konon bumbu yang dihasilkan tidak seenak bumbu hasil ulekan manual. Masukkan daun salam.

3) Tambahkan air sampai memenuhi 3/4 tinggi panci. Aduk bumbu. Nyalakan api sampai air mendidih.
Catatan: arsik ini sama sekali tidak menggunakan minyak goreng. Bumbu tidak ditumis tetapi hanya direbus saja.

4) Tata ikan di dalam kuali. Tambahkan irisan tempe (jika suka). Susun lokio dan sisa asam galugur di atasnya. Beri garam sesuai selera. Kucuri dengan air jeruk nipis.

5) Lanjutkan memasak dengan api sedang sampai kurang lebih 20 menit. Tutup kuali dengan tutup panci selama proses pemasakan ini.

6) Setelah 20 menit, buka tutup kuali, cicipi apakah asin dan kecutnya sudah pas. Berikutnya tata potongan kacang panjang di atasnya. Tutup kuali. Lanjutkan memasak dengan api sedang-kecil selama 40 menit hingga kuah hampir habis dan semua bahan matang.



7) Dinginkan. Pindahkan ke piring hidangan.

8) Siap disantap bersama nasi putih hangat.

Untuk 8 porsi